I Love Her

ANIME AIKATSU

THUNDERSTROM

5 power

NAME IS BLOG

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Saturday, July 30, 2016

Transformers: Age of Extinction (2014) BluRay+Subtitle Indonesia

bluray-transformers-age-o.jpg
zvbzx21.png
Released
CountryUSA | China
Language
English
Genre
Director
Michael Bay
Writer
Ehren Kruger
StarcastMark Wahlberg, Nicola Peltz, Jack Reynor | See full cast and crew »
Rating
imdb_icon.gif6.2/10

Ratings: 6,2/10 from 97.262 users   Metascore: 32/100
Reviews: 644 user | 286 critic | 37 from Metacritic.com


Review:

Meskipun tanpa kehadiran Shia LaBeouf, Josh Duhamel, Tyrese Gibson dan Rosie Huntington-Whiteley, seri terbaru dari adaptasi mainan laris Hasbro ini tampaknya masih tidak banyak berubah, semuanya karena sang “dalang” lama masih setia berada di belakang kamera, kembali menghadirkan kehancuran dan keributan yang tidak jauh-jauh dari pendahulunya.

Setelah sempat mengatakan emoh menukangi seri-seri masa depan Transformers pasca Dark of The Moon (Sebelumnya Revange of The Fallen juga), Micahel Bay kembali menjilat ludahnya sendiri. Ya, sepertinya susah buat Bay untuk menahan godaan besar ini sekali lagi, meskipun instalemen ke-empat yang diberi tajuk Age of Extinction ini diproyeksikan sebagai era baru sekaligus reboot halus buat kisah Optimus Prime dan teman-teman Autobots-nya, sekali lagi sebenarnya tidak ada yang benar-benar baru di Age of Extinction.

Ceritanya sendiri bersetting empat tahun setelah insiden pertempuran besar Autobots dan Decepticons di Chicago. Setelah itu semuanya tidak lagi sama, khususnya bagi para alien robot yang kini tidak bisa sembarangan lagi muncul ketika pemerintah Amerika Serikat di bawah pimpinan Harlod Attinger (Kelsey Grammer) memberlakukan aturan “Cemetery Wind” untuk memburu tidak hanya Decepticons namun juga geng Autobots yang tersisa dan membinasakan mereka untuk selamanya dengan bantuan alien pemburu Transfomers, Lockdown.

Sementara di tempat lain, di pedalaman Texas ada Optimus Prime bersembunyi dengan tenang, tetapi itu tidak lama ketika ilmuwan robot amatir yang juga seorang single father, Cade Yeager (Mark Whalberg) yang tinggal bersama putri tunggalnya, Tessa (Nicola Peltz) menemukan dirinya tanpa sengaja dan memulai segala kekacauan ini.

Dengan lebel “awal baru” buat para robot luar angkasa, seperti yang tertulis di atas sebenarnya tidak ada yang benar-benar baru di sini kecuali jajaran cast manusianya yang dirombak habis dan hanya meninggalkan sang kapten Optimus Prime (masih disuarakan Peter Cullen) dan tangan kanan setianya, si kuning Bumblebee di jajaran para alien robot.

Tentu saja sebagai penonton yang sudah mengecap semua serinya pasti tidak berharap banyak ada sesuatu yang istimewa di Age of Extinction dan memang kenyataan seperti itu. Dengan durasi 165 menit, Age of Extinction menjadi terasa sangat lama, paling lama dibandingkan seri-seri pendahulunya. Subplot percintaanya digantikan dengan hubungan ayah-anak tidak memberi sesuatu yang benar-benar berarti di naskahnya yang masih digarap Ehren Kruger, kualitasnya masih sama dangkalnya, masih sama membosankannya dengan segudang plot hole menganggu.

Dan tidak lupa, selalu ada komedi di sela-sela peperangan para roboat yang untung saja kali ini tidak sampai senorak Dark of The Moon yang seperti ingin menjadi film komedi ketimbang aksi. Tentu saja porsi aksinya tetap didapuk untuk menjadi daya pikat nomor satu. Bay kembali membawa berton-ton bahan peledak yang sudah disiapkan untuk menghadirkan momen-momen aksi spektakuler. Meskipun kali ini kehancuran Chicago tidak sampai separah Dark of The Moon, sekuen demi sekuen pertarungan yang melibatkan para Autobots dan robot-robot muktahir ciptaan Ilmuwan sombong KSI, Joshua Joyce (Stanly Tucci) masih digarap fantastis bersama efek-efek CGI yang sudah di-upgrade lebih canggih dan Hong Kong mendapatkan ‘kehormatan’ untuk diacak-acak Michael Bay bersama bintangnya yang tengah bersinar, Li Bingbing yang didapuk menjadi Su Yueming untuk mengaet penonton negeri tirai bambu yang saat ini sudah mejadi potensi besar box-office luar Amerika.

Tetapi kalau mau jujur aksi-aksi yang terjadi di Age of Extinction sebenarnya sama membosankannya dengan narasinya, tidak ada sesuatu yang memorable, semuanya masih sama berisiknya seperti yang pernah dihadirkan Bay sebelumnya, dan kali ini terasa terlalu lama. Bagian terbaik Age of Extinction dipegang oleh kehadiran para Dinobot yang keren sayang kemunculan para Legendary Knight itu terlalu sebentar. Lalu juga kehadiran Lockdown yang tangguh memberi keasikan teersendiri.
Sumber,

Transformers+Age+of+Extinction+(2014)+im



Transformers-4-Age-of-Extinction-Grimloc





Prekuel
Transformers (2007)
Transformers: Revenge of the Fallen (2009)
  (2011)

Download Film Transformers: Age of Extinction (2014) BluRay Subtitle Indonesia MP4 High Quality:
File Format: mp4
Video Encode: AVC (H.264)
Audio Encode: AAC (Stereo)
Resolusi: 360p
Durasi: 2 Jam - 45 Menit - 07 Detik
Ukuran: 387  mb
SS:
Transformers_Age_of_Extinction_2014_Blu_


CLICL LINK
[USERCLOUD]
[TUSFILES]

Subtitle: br-tfagex-2014.zip | More
Bahasa: Indonesia [Manual]
Format : SUB & SRT
Subtitle By: Pein Akatsuki




Friday, July 22, 2016

Batman: The Killing Joke (2016) BluRay+Subtitle Indonesia

brbatmanthe-killing-joke.jpg
movieinfo.png
Released
25 July 2016 (USA)
CountryUSA
Language
English
Genres
Animation | Action | Crime | Drama | Thriller
Director
Sam Liu
Writers
Bob Kane (character created by: Batman), Bill Finger (character created by: Batman) | 3 more credits »
Starcast
Mark Hamill, Kari Wahlgren, Tara Strong | See full cast & crew »
Rating
imdb-icon.gif8.3/10

Sinopsis:

Banyak yang menilai satu-satunya komik Batman terbaik yang pernah ditulis adalah Batman: The Killing Joke. Kini, para penggemar komik bakal bergembira. Pasalnya kisah asal usul sang penjahat itu diadaptasi menjadi sebuah film animasi.

BATMAN: THE KILLING JOKE bercerita tentang perseteruan antara sang manusia kelelawar, Batman dan musuh abadinya Joker. Batman kini tengah melakukan pengejaran terhadap Joker. Sementara itu, Joker bertindak lebih gila dengan menyerang keluarga Gordon yang notabene adalah keluarga dari Batgirl.

Joker menunjukkan titik terendah dalam kehidupan seseorang bisa membuatnya menjadi gila. Joker pun juga ingin menunjukkan bagaimana proses dirinya menjadi gila.

1466116988-BTKJ103583.jpg

Screen-Shot-2016-04-08-at-12.05.43-PM.pn

batman-the-killing-joke-first-image-reve

banner-appwal.jpg

Download Film Batman: The Killing Joke (2016) BluRay Subtitle Indonesia MP4 High Quality:
File Format: mp4
Video Encode: AVC (H.264)
Audio Encode: AAC (Stereo)
Resolusi: 360p
Durasi: 1 Jam - 16 Menit - 39 Detik
Ukuran: 228 mb
SS:
batmnkllingjk16_BRrmcmv_mp4_thumbs_2016_

Download Single Link:
download-button.gif
[USERLOUD]
[TUSFILES]
[UPFILE]
[UPLOAD]
[SOLIDFILES]
[UPPIT]


Subtitle: ...wait | More
Bahasa: Indonesia [Manual]
Format : SUB & SRT
Subtitle By:

Download Film Judul (Tahun) Kualitas Subtitle Indonesia AVI Normal Quality:
File Format : avi
Video Encode: MPEG4 (Xvid)
Audio Encode: MP3 (Mono)
Resolusi: 500x
Ukuran: 143 mb
SS:
batmnkllingjk16_BRrmcmv_Snapshot.jpg

Download Single Link:
download-button.gif
UC: https://userscloud.com/xt8ms442hofb
TF: http://www.tusfiles.net/xlmymyvvc7xf
UF: http://sht.io/ivi5
UI: http://sht.io/ivi6
SF: http://sht.io/ivi7
UP: http://uppit.com/d11kkz2hehzj


Subtitle: ...wait | More
Bahasa: Indonesia [Manual]
Format : SUB & SRT
Subtitle By:


The Truth Beneath (2016) HDRip+Subtitle Indonesia

the-truth-beneath-2016-po.jpg

movieinfo.png
Released
23 June 2016 (South Korea)
CountrySouth Korea
Language
Korean
Genre
Thriller
Director
Kyoung-mi Lee
Writers
n/a
Starcast
Yu-hwa Choi, Ju-hyuk Kim, So-hee Kim | See full cast & crew »
Rating
imdb-icon.gif7.3/10

Sinopsis:

"The Truth Beneath" menceritakan Yeon Hong (Son Ye Jin) yang telah menikahi seorang politisi bernama Jong Chan (Kim Joo Hyeok). Jong Chan sedari dulu bercita-cita menjadi anggota Majelis Nasional dan Yeon Hong pun mendukung cita-cita suaminya tersebut. Namun sayangnya, selama periode pemilu mereka terkena kasus mengerikan yang membuat Yeon Hong herus berhadapan dengan fakta yang mengejutkan.

image.jpg

20160520032108111908_watermark.jpg

54592-292228.jpg

banner-appwal.jpg

Download Film The Truth Beneath (2016) HDRip Subtitle Indonesia MP4 High Quality:
File Format: mp4
Video Encode: AVC (H.264)
Audio Encode: AAC (Stereo)
Resolusi: 360p
Durasi: 1 Jam - 42 Menit - 43 Detik
Ukuran: 267 mb
SS:
thetruthbnt16_HDrmcmv_mp4_thumbs_2016_07

Download Single Link:
download-button.gif
[USERCLOUD]
[TUSFILES]
[UPFILE]
[UPLOAD]
[SOLIDFILES]
UPPIT]


Subtitle: hd-thetruthbnt-2016.zip | More
Bahasa: Indonesia [Manual]
Format : SUB & SRT
Subtitle By:ngesub

Download Film The Truth Beneath (2016) HDRip Subtitle Indonesia AVI Normal Quality:
File Format : avi
Video Encode: MPEG4 (Xvid)
Audio Encode: MP3 (Mono)
Resolusi: 500x260
Ukuran: 194 mb
SS:
thetruthbnt16_HDrmcmv_Snapshot.jpg

Download Single Link:
download-button.gif
UC: https://userscloud.com/cml791l01lom
TF: http://www.tusfiles.net/hj90rptobqtj
UF: http://sht.io/itdb
UI: http://sht.io/itde
SF: http://sht.io/itdc
UP: http://uppit.com/e9iqq2sz7saz


Subtitle: hd-thetruthbnt-2016.zip | More
Bahasa: Indonesia [Manual]
Format : SUB & SRT
Subtitle By:ngesub


Ghostbusters (2016) BLUERAY + Subtitle Indonesia

ghostbusters-ver6.jpg
movieinfo.png
Released
15 July 2016 (USA)
CountryUSA
Language
English
Genres
Comedy | Fantasy | Sci-Fi
Director
Paul Feig
Writers
Katie Dippold, Paul Feig | 3 more credits »
Starcast
Melissa McCarthy, Kristen Wiig, Kate McKinnon | See full cast & crew »
Rating
imdb-icon.gif5.3/10

Review:

Rasa kaget yang begitu besar muncul ketika melihat gelombang “menolak” yang hadir di trailer reboot Ghostbusters empat bulan yang lalu, hinggatelah mendapat 930.000+ dislike. Kita tahu betapa besar cinta yang diperoleh versi original Ghostbusters tapi apakah menolak secara frontal untuk sebuah “pembaharuan” yang bahkan kita belum tahu baik dan buruknya merupakan sebuah tindakan yang sehat? Memberikan kegembiraan yang jauh lebih besar dari sekuel versi original, ‘Ghostbusters (2016)’ berhasil memberikan punch begitu kuat untuk kaum pesimistis tadi, a bigger and bustier re-imagining to the classic film. Not super legit but pleasantly solid.

Berawal dari usaha untuk menarik buku terkait fenomena paranormal yang pernah ia publikasikan dan kini mengancam reputasinya, Erin Gilbert (Kristen Wiig) bersedia untuk membantu sahabat lamanya Abby Yates (Melissa McCarthy) yang kini sedang melakukan investigasi paranormal bersama Jillian Holtzmann (Kate McKinnon). Investigasi tersebut ternyata membawa Erin Gilbert kembali tertarik pada dunia paranormal dan untuk melanjutkan penelitian bersama Abby dan Jillian mendirikan "Department of the Metaphysical Examination." Berawal dari pekerja subway Patty Tolan (Leslie Jones) yang melihat hantu di jalur kereta pertempuran di antara girls versus ghosts dimulai.

Kota New York sedang berada di bawah serangan para mayat hidup. Who you gonna call? Yeah, Ghostbusters! Menjadi target cemoohan lengkap dengan berbagai argumen hingga komentar miring dengan sikap politik dan membawa isu feminisme, Ghostbusters berhasil menjawab mereka semua dengan menyajikan sebuah supernatural comedy yang menyenangkan. Paul Feig (Bridesmaids, The Heat, Spy) cermat dan cerdik dalam meramu kembali cerita bersama Katie Dippold, semua rasa cemas calon penonton setelah menyaksikan trailer hilang ketika Abby dan tiga sahabatnya itu mulai beraksi. Mengapa? Karena ‘Ghostbusters’ tidak hanya terasa seperti sekedar reboot belaka, sebuah komedi yang berhasil tampil lucu dalam gerak cepat namun memiliki hati yang menarik terkait beberapa topik menarik seperti persahabatan, namun ini juga terasa seperti sebuah re-imagining dengan sentuhan modifikasi yang manis dan tepat guna.

Sekali lagi, versi original Ghostbusters merupakan sebuah film klasik yang “manis” tapi ketika menyaksikan film ini versi original tersebut jarang tampil "mencuri" atensi di pikiran penonton secara berlebihan. Bagaimana bisa? Karena film ini tidak mencoba menyaingi bahkan mengalahkan versi originalnya. Ini seperti sebuah penghormatan kepada versi original dengan menggunakan empat karakter wanita. Sejak berkembang dari sinopsis kita masuk kedalam sebuah “dunia” baru pertempuran manusia melawan hantu, banyak menghadirkan referensi namun Paul Feig membawa ini untuk berjalan di petualangan mereka sendiri, menghadapi ancaman supranatural dengan carefree manner yang menarik untuk diikuti. Komedi memang terhitung sering mencuri posisi terdepan dari elemen supranatural tapi dinamika dan pesona cerita serta karakter terasa stabil, banter mereka cukup asyik dan kamu seolah menjadi anggota kelima di dalam tim.

Hasilnya topik utama terkait persahabatan jadi terasa impresif. Tentu saja banyak hantu di sana sini tapi fokus penonton terus terpaku pada persahabatan empat karakter utama yang terasa memikat, tanpa drama berlebihan dan lebih mengandalkan humor. Para hantu juga tidak kalah oke dibandingkan karakter manusia, itu mengapa pertempuran ini terasa seimbang. Visual efek berhasil menciptakan fantasi yang manis, para hantu tampil dengan esensi yang pas dengan tujuan yang ingin dicapai film ini, mampu mengintimidasi tapi tidak merusak usaha dari komedi. Special note juga berasal dari visual. Secara mengejutkan Ghostbusters ternyata juga merupakan sajian visual experience, kesan “kaya” yang dimiliki visual Ghostbusters terasa cool dan menyenangkan, visual juga digunakan oleh Paul Feig untuk menambah kedalaman nada cerita serta membantu narasi bercerita. Disarankan untuk menonton film ini di format 3D atau versi IMAX 3D, it’s one of the best 3D film.

Lalu apa kekurangan Ghostbusters? Film ini terasa begitu mengikat sejak awal hingga akhir tapi ia juga tidak luput dari beberapa minus yang sebenarnya tidak semua dari mereka mampu merusak kenikmatan yang ia tampilkan. Energi Ghostbusters terasa oke tapi sebelum masuk ke paruh kedua durasi harus diakui naskah di beberapa bagian terasa goyah. Dengan begitu mengandalkan karakter untuk meraih atensi penonton penting pula bagi penonton untuk merasa “dekat” dengan karakter, jika tidak maka cengkeraman dari petualangan mereka akan terasa biasa bahkan terasa lemah. Karakter hantu terasa memikat tapi karakter antagonis manusia terasa, well, kurang menggigit. Dampaknya cukup signifikan karena taruhan dari pertempuran antara girls versus ghosts ini tidak pernah mencapai titik maksimal meskipun hal tersebut tertutupi dengan cukup rapi oleh energi komik dari empat karakter utama.

Dasar dari karakter masih bersandar pada versi originalnya namun ditampilkan dengan pendekatan yang tidak sepenuhnya “manja.” Kristen Wiig berhasil menampilkan "kejengkelan" yang dimiliki Erin Gilbert dengan baik, Melissa McCarthy mampu membentuk Abby Yates menjadi karakter agresif yang menarik, sedangkan Leslie Jones terasa seperti karakter Anger di Inside Out. Sebagai sebuah tim ensemble mereka terasa tangguh tapi ada satu karakter yang berhasil tampil sedikit lebih menonjol. Dia adalah Jillian Holtzmann, diperankan dengan sangat baik oleh Kate McKinnon. Jillian Holtzmann merupakan karakter yang unik dan mampu konsisten mencuri perhatian, ia seperti punya energi nakal dan liar yang membuat penonton merasa apa yang ia lakukan tidak hanya lucu tapi juga keren. Oh, Chris Hemsworth! Memberikan kinerja yang terasa santai Thor punya momen yang mampu ia manfaatkan dengan baik.

Sejak awal Ghostbusters tidak mencoba menyaingi versi original, dengan hormat meminjam format untuk membangun “dunia” baru bagi pertempuran wanita melawan hantu. Paul Feig membentuk spirit dan formula lengkap dengan “kebisingan” dari versi original menjadi sebuah petualangan lucu yang tidak lupa untuk tampil mengintimidasi. Berayun penuh variasi dengan percaya diri tinggi, Ghostbusters memang tidak superb namun dengan visual yang memikat serta cerita dan karakter yang konsisten terasa menarik ini berhasil menjadi kombinasi komedi dan fantasi yang menyenangkan. A pleasantly solid fantasy comedy, it’s a pleasure hanging out with these characters.
Sumber

Ghostbusters-2016-Action-comedy-Paul%2BF

Ghostbusters-2016-Action-comedy-Paul%2BF

Ghostbusters-2016-Action-comedy-Paul%2BF

banner-appwal.jpg

Download Film Ghostbusters (2016) BLUERAY Subtitle Indonesia MP4 High Quality:
File Format: mp4
Video Encode: AVC (H.264)
Audio Encode: AAC (Stereo)
Resolusi: 360p
Durasi: 1 Jam - 55 Menit - 27 Detik
Ukuran: 305 mb
SS:
ghsbstr16_HDTSrmcmv_mp4_thumbs_2016_07_2

Download Single Link:
download-button.gif
USERCLOUD

Subtitle: brext-ghssbstr-2016.zip | More
Bahasa: Indonesia [Manual]
Format : SUB & SRT
Subtitle By: Lebah Ganteng






Ice Age 5: Collision Course (2016) WEB-DL+Subtitle Indonesia

ice-age-collision-course.jpg
movieinfo.png
Released
22 July 2016 (USA)
CountryUSA
Language
English
Genres
Animation | Adventure | Comedy
Directors
Mike Thurmeier, Galen T. Chu
Writers
Michael J. Wilson (screenplay), Michael Berg (screenplay) | 2 more credits »
Starcast
Ray Romano, Denis Leary, John Leguizamo | See full cast & crew »
Rating
imdb-icon.gif5.7/10

Review:

Secara logika jika kamu masih berhasil memperoleh keuntungan dari produk atau jasa yang kamu hasilkan atau lakukan sebenarnya wajar jika kamu tidak berniat untuk melakukan sebuah perubahan. Mencoba menjadi lebih baik tapi dengan risiko merugi atau meneruskan formula yang sama dan telah terbukti menguntungkan? Sudah sejak film kedua Blue Sky Studios menerapkan cara opsi pertama, recycling terhadap Ice Age dengan mengandalkan pesona karakter dengan aksi hyperactive mereka. Tiga film penerus Ice Age sebelumnya tidak semuanya terasa kurang menyenangkan, namun mayoritas dari mereka tidak berhasil berada di level yang sama dengan Ice Age. Ice Age: Collision Course?

Ketika mencoba mengubur biji pohon ek kesayangannya agar tidak dicuri Scrat justru mengaktifkan sebuah pesawat luar angkasa lewat aksinya itu. Pesawat tersebut membawanya ke ruang angkasa di mana ia mulai menciptakan kekacauan. Akibat ulah yang dilakukan oleh Scrat beberapa meteor sedang bergerak mengarah menuju ke bumi. Hal tersebut memaksa Manny (Ray Romano) berserta istrinya Ellie (Queen Latifah), Peaches (Keke Palmer) dan tunangannya Julian (Adam DeVine), Sid (John Leguizamo) bersama pacarnya Francine (Melissa Rauch), serta Diego (Denis Leary) terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk menyelamatkan diri.

Hanya itu? Iya, hanya itu masalah di sinopsis tadi, meteor datang dan The Herd kembali dihadapkan pada berbagai rintangan. Sebenarnya bukan masalah karena empat film terdahulunya dari segi cerita juga tidak terasa special tapi dengan budget $324 juta berhasil menghasilkan box-office sebesar $2,8 Milyar. Sejak film ketiga sudah tidak lagi menaruh ekspektasi pada entri terbaru Ice Age film series untuk membawa franchise ini bergerak naik secara kualitas, hanya datang dan berharap “kekacauan” yang diberikan mampu menghibur seperti dua film pertama Ice Age. Tapi sayangnya yang terjadi justru sebaliknya, kemampuan menghibur setiap film Ice Age terbaru sejak 'Ice Age: The Meltdown' berada di grafik menurun. Presentasi visual yang menarik dengan parade warna-warni masih ada, berbagai kekonyolan slapstick tidak menjadi masalah, tapi pesona 'Ice Age: Collision Course' tidak pernah terasah. Yang tersisa hanya seekor sapi perah kekurangan nutrisi yang tidak lagi menghasilkan susu yang enak dan segar.

Dengan durasi 94 menit tidak banyak atau mungkin lebih tepatnya tidak ada hal baru yang benar-benar menarik di Ice Age: Collision Course, jika kamu sudah menonton Ice Age: Continental Drift maka ini akan terasa seperti film tersebut dengan topeng baru. Wajar memang karena pola film Ice Age selalu mengikuti arah dan sasaran yang sama sejak awal, tapi yang menjengkelkan adalah di film ini sutradara Mike Thurmeier bersama tim produksi seperti tidak tertarik untuk mengambil risiko bahkan dalam jumlah mini sekalipun. Akibat terlalu akrab 'Ice Age: Collision Course' seperti tidak memiliki ruang untuk kejutan yang tampil menarik, hal utama yang diharapkan dari film ini. Karakter eksentrik tampil di dalam zona aman dan nyaman mereka, tidak ada "konsekuensi" yang menantang membuat pesona karakter kerap terasa datar. Dampaknya kecerian yang diberikan film ini mini, bahkan bertemu dengan lelucon yang lucu dapat dihitung dengan jari tangan.

Ice Age: Collision Course punya usaha menghadirkan lelucon yang tidak buruk tapi hasil yang diciptakan lebih sering berada di zona ambigu, mayoritas berada di antara lucu dan tidak lucu. Dari fart jokes hingga slapstick lelucon terbaik dari Ice Age: Collision Course hanya berhasil menggelitik, banyak dari mereka yang sebenarnya bisa menjadi lucu tapi seperti kurang bumbu. Usaha bermain dengan referensi pop culture seperti misalnya 2001 - A Space Odyssey juga terasa kurang oke. Masalah terbesar hadir dari karakter yang di sini seperti saling berebut panggung utama untuk meraih atensi. Tidak hanya karakter utama namun karakter lainnya kini mendapat kesempatan yang lebih besar di layar, kehadiran mereka sayangnya membuat alur cerita dipenuhi “ketidakjelasan,” Ice Age: Collision Course terasa seperti kumpulan sketsa dari berbagai individu yang tidak semuanya berhasil tampil menarik.

Jika dibandingkan dengan 'Ice Age: Continental Drift' secara materi film ini terasa lebih baik, tapi sayangnya tidak ada penekanan serta arah yang jelas dan kuat, tidak ada fokus yang kuat. Seandainya ada “batasan” yang jelas mungkin berbagai aksi konyol yang dilakukan karakter bisa menghasilkan hit yang lebih oke ketimbang aksi bermain-main mereka itu yang terasa terlalu "kasar" untuk terintegrasi kedalam plot dan narasi. Ini bukan seperti yang ingin narasi dan plot dengan kualitas yang lebih baik tapi seandainya ada jalur dan alur yang lebih jelas dan menarik berbagai kekonyolan yang dilakukan oleh karakter dapat terasa lebih menarik. Interaksi antar karakter miskin tik-tok yang lucu, berbagai isu kecil juga terasa mentah dan kosong. Plot petualangan memang berhasil menampilkan berbagai ide tapi kombinasi yang dihasilkan tidak membuat aksi hyperactive karakter konsisten terasa menghibur.

Mereka bilang ini film terakhir di Ice Age film series, semoga ini benar-benar sebuah one last ride. Visually good dengan ide yang cukup menarik, Ice Age: Collision Course memiliki banyak kesempatan untuk tampil lucu dan menghibur sayangnya keceriaan yang mereka hadirkan terasa terlalu biasa dan sebagai sebuah kesatuan kurang fit satu sama lain. Cerita yang terlalu biasa tidak masalah, itu sudah hadir sejak film ketiga, tapi presentasi yang terlalu “polos” dan tidak imajinatif merupakan sebuah masalah yang mengganggu. Narasi yang lelah bersama aksi slapstick dan hyperactive tanpa pesona dan punch yang konsisten menarik, dare I say 'Ice Age: Collision Course' merupakan imitasi paling lemah di antara imitasi Ice Age lainnya. So long The Herd, and Scrat. Segmented.
Sumber

Ice%2BAge%2BCollision%2BCourse-Animation

Ice%2BAge%2BCollision%2BCourse-Animation

Ice%2BAge%2BCollision%2BCourse-Animation

banner-appwal.jpg

Ice Age 5: Collision Course (2016) WEB-DL + Subtitle Indonesia MP4


UCERCLOUD

Subtitle: dl-iceage5clsmcrs-2016.zip | More
Bahasa: Indonesia [Manual]
Format : SUB & SRT
Subtitle By: EveryAgent


Alice Through the Looking Glass (2016) BluRay+Subtitle Indonesia

alicebrthrough-the-lookin.jpg
movieinfo.png
Released
27 May 2016 (USA)
CountryUSA | UK
Language
English
Genres
Adventure | Family | Fantasy
Director
James Bobin
Writers
Linda Woolverton (screenplay), Lewis Carroll (books)
Starcast
Mia Wasikowska, Johnny Depp, Helena Bonham Carter | See full cast & crew »
Rating
imdb-icon.gif6.3/10

Review:

Di tahun 2010 Tim Burton menciptakan versinya dari kisah klasik karya Lewis Carroll yang telah berulang kali diadaptasi ke dalam bentuk hiburan visual, Alice in Wonderland, sebuah petualangan fantasi dengan presentasi visual dan kostum yang begitu memikat meskipun terasa "biasa" di bagian cerita. Menghasilkan lebih dari $1 Milyar yang sempat membawanya menempati peringkat kelima highest-grossing film of all time kehadiran sekuel bukan merupakan sebuah kejutan. Pertanyaannya kembali sama, apakah ini mampu mengulangi kesuksesan sembari memperbaiki minus yang dihasilkan oleh film pertamanya? Visually enchanting, Alice Through the Looking Glass is a needless sequel, a tasteless candy.

Ketika kembali ke London Alice Kingsleigh (Mia Wasikowska) mendapati bahwa mantan tunangannya telah mengendalikan properti keluarganya. Bingung dan marah, Alice kembali ke Underland melalui sebuah cermin. Alice mendapat berita bahwa kehidupan Mad Hatter (Johnny Depp) terancam “mati”, ia terus berkabung karena percaya bahwa keluarganya masih hidup. Princess Mirana (Anne Hathaway), The White Queen, menugaskan Alice menemui Time (Sacha Baron Cohen), raja pengendali waktu di Underland, untuk meminta izin menggunakan Chronosphere dan melakukan perjalan waktu. Tugas Alice ternyata tidak mudah, Iracebeth of Crims (Helena Bonham Carter), The Red Queen, juga menginginkan Chronosphere untuk melakukan rencana jahatnya.

Tidak disutradarai oleh Tim Burton ternyata tidak membuat petualangan Alice berubah arah. Misi utama film ini ternyata masih sama seperti Alice in Wonderland, menciptakan petualangan fantasi penuh warna-warni yang sama gilanya, dan meskipun memakai template serupa dalam hal visual di tangan James Bobin Alice Through the Looking Glass sukses melaksanakan niatnya itu. Terasa lebih terang dengan kesan gelap yang sedikit berkurang, pemanfaatan visual di film ini terasa menarik sejak sinopsis yang standar itu hingga ketika ia berakhir dengan cara yang juga standar. Alice Through the Looking Glass punya estetika ala Tim Burton di sektor visual, seolah memaksa penonton terus berteman dengan gambar-gambar eye-popping, kostum yang mewah, production design dan sinematografi juga oke, dikemas over-the-top dan setia pada “aturan dasar” milik Tim Burton.

Satu paragraf tadi cukup untuk mewakili nilai positif film ini. Ya, hanya visual yang tampil oke di Alice Through the Looking Glass, sisanya kembali tampil sama seperti film pertama, terasa underwhelming. Alice in Wonderland (2010) bukan kemasan yang luar biasa, ada kekurangan yang ia tinggalkan namun sayangnya tidak coba diperbaiki oleh film ini. Alasan utama Alice Through the Looking Glass tidak mampu konsisten tampil memikat adalah cerita yang ia punya terasa cukup hambar, dan sumber masalahnya masih sama yaitu narasi. Tidak mengharapkan sesuatu yang benar-benar kompleks tapi setidaknya narasi harus mampu menciptakan dan menjaga rasa menarik dari masalah di dalam cerita. James Bobin kurang berhasil mengolah naskah yang ditulis oleh Linda Woolverton, masih membangun narasi dengan cara konvensional untuk membentuk sebuah fantasi berkilau yang juga mencoba membawa berbagai isu substantif yang akhirnya terbengkalai tanpa penjelasan.

Alice Through the Looking Glass terus terasa goyah karena ia mencoba melanjutkan dan mengeksploitasi dasar rapuh dari film pertama dan tidak mampu memperbaikinya. Seandainya Alice Through the Looking Glass punya narasi yang lebih kohesif ia akan dengan mudah berakhir di level yang lebih baik. Mengapa? Karena jika berpadu dengan baik alur cerita akan mengikat penonton sehingga mereka konsisten tertarik untuk mengamati lebih lanjut karakter dan masalah di dalam cerita seperti kemerdekaan dan emansipasi. Koneksi yang baik antara karakter, cerita, dan penonton tidak dimiliki film ini sehingga penonton perlahan kehilangan rasa peduli pada karakter dan cerita. Terasa aneh ketika ada momen di mana rasa simpati pada karakter antagonis lebih besar ketimbang karakter protagonist, melengkapi minus utama di mana konflik tidak menampilkan sebuah konsekuensi yang menarik.

Hal serupa terjadi pada kinerja cast, mereka kurang menarik. Terasa menyedihkan bakat seperti Mia Wasikowska harus tenggelam di dalam hiruk pikuk CGI di sekelilingnya. Mia Wasikowska mampu menampilkan sisi berani Alice tapi pesonanya tidak maksimal dan terus terdegradasi. Itu juga dialami oleh pemeran pendukung seperti Anne Hathaway, Helena Bonham Carter, dan Sacha Baron Cohen, masing-masing punya momen tapi pesona karakter mereka tidak begitu kuat walaupun beberapa humor berhasil mereka sampaikan dengan cukup oke. Oh, Johnny Depp? Karakter The Mad Hatter yang sedang dalam kondisi berduka membuat Depp seperti terbatasi keleluasaannya. Ia berulang kali berusaha menampilkan ekspresi sedih dan pengharapan tapi kurang berhasil tersampaikan karena terbentur kesan eksentrik dan antic yang ia miliki.

Dengan fantasi sebagai jualan utama usaha Alice Through the Looking Glass untuk menciptakan dunia fantasi yang imajinatif patut diapresiasi terutama sektor visual yang kembali tampil memikat dengan segala eksekusi over-the-top yang mewah dan eye-popping. Namun sayangnya semua kemilau dari visual tadi membuat Alice Through the Looking Glass terasa berat sebelah, visual oke namun cerita tidak oke, hal yang salah di mana keduanya harus berkombinasi dengan baik untuk menciptakan sebuah fantasi yang menarik. Akibat kombinasi visual bersama cerita dan narasi yang kurang kuat film ini terasa underwhelming, Alice Through the Looking Glass berakhir sebagai petualangan fantasi yang kaku dan tasteless. Kualitas visual worth the price of admission, tapi waktu? For me, nope. Segmented.
Sumber

Alice%2BThrough%2Bthe%2BLooking%2BGlass%

Alice%2BThrough%2Bthe%2BLooking%2BGlass%

Alice%2BThrough%2Bthe%2BLooking%2BGlass%

banner-appwal.jpg
LINK
UCERCLOUD

Subtitle: br-alicelkinglass-2016.zip | More
Bahasa: Indonesia [Manual]
Format : SUB & SRT
Subtitle By: Lebah Ganteng
buzzcity